WHO Sebut TB di Indonesia Terbanyak Kedua di Dunia, Pahami Gejalanya pada Anak!
WHO menyebut tuberculosis (TB) sebagai penyakit menular paling mematikan di dunia selama tahun 2023. Mengingat TB juga bisa menular pada anak, yuk, pahami gejalanya! #momsupdate #moms #update #text
Waspadai TBC. Foto: Studio.51/Shutterstock
Waspadai TBC. Foto: Studio.51/Shutterstock

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tuberkulosis (TB) kembali menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia. Data ini dikumpulkan WHO dari 193 negara, dan ditemukan 1,25 juta orang meninggal dunia karena TB di seluruh dunia pada 2023.

Angka tersebut jauh lebih besar daripada total kematian global akibat COVID-19, yang mencapai 320 ribu jiwa pada periode sama.

Dikutip dari kumparanSAINS, penderita tuberkulosis secara keseluruhan mencapai 10,8 juta kasus pada tahun lalu, meningkat dari 10,7 juta kasus pada 2022. Ini juga peningkatan signifikan dibandingkan data 2021 (10,4 juta kasus) dan 2020 (10,1 juta kasus).

"Fakta bahwa TB masih membunuh dan menyebabkan banyak orang sakit adalah hal yang keterlaluan, padahal kita memiliki alat untuk mencegahnya, mendeteksinya, dan mengobatinya," jelas Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Sebanyak 87 persen infeksi TB terjadi di hanya 30 negara, dengan rincian India (26 persen), Indonesia (10 persen), China (6,8 persen), Filipina (6,8 persen), dan Pakistan (6,3 persen) menjadi penyumbang terbesar dengan total 56 persen.

Penyakit TB tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. Namun, sering kali orang tua luput gejala TB pada anak, karena gejalanya tidak terlalu signifikan dibandingkan orang dewasa.

Mungkinkah TB pada anak bisa dicegah? Dan bagaimana kita bisa mendeteksi dini anak terpapar TB atau tidak? Simak penjelasannya di bawah ini.

Seputar TB pada Anak dan Gejalanya yang Harus Diwaspadai!

Ilustrasi anak memakai masker. Foto: Shutterstock
Ilustrasi anak memakai masker. Foto: Shutterstock

Berdasarkan catatan IDAI, kasus TB pada anak tahun 2021 sebanyak 42.187 ribu. Namun, pada 2022, kasus TB pada anak meningkat 200 persen menjadi 88.927 kasus. Angka ini sedikit berbeda dengan yang dilaporkan Kemenkes untuk kasus pada anak tahun 2022 sebanyak 100.726.

Ketua UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dokter Rina Triasih, M.Med (Pead), PhD, SpA(K), menjelaskan, seorang anak yang terpapar TB tidak akan langsung menunjukkan gejala dalam waktu singkat. Bahkan, pada beberapa kasus, anak bisa menunjukkan gejala setelah 1-2 tahun.

“Sehingga kalau ada anak kontak dengan pasien TBC sekarang, bulan depan dia kondisinya baik-baik saja, belum tentu beberapa bulan kemudian atau tahun depan dia itu tidak sakit TBC. sehingga kita harus mewaspadai,” jelas dr. Rina.

Penyakit TB umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa mengenai organ lain seperti selaput otak, usus, kelenjar getah bening, ginjal, tulang, dan kulit.

Penularan TB terjadi lewat udara dari seseorang yang mengidap penyakit ini ke orang-orang di sekitarnya. Dan penularannya melalui percikan air ludah pasien saat batuk, bicara, atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung, atau tanpa menggunakan masker.

Yuk, kenali juga gejala TB yang tampak secara fisik pada anak, seperti dikutip dari laman Kemenkes:

- Berat badan anak dengan gejala TBC Paru turun atau tidak naik dalam 2 bulan terakhir

- Demam lama lebih dari 2 minggu dan atau berulang tanpa sebab

- Suhu umumnya tidak tinggi

- Batuk lama lebih dari 2 minggu yang makin lama makin parah yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik

- Badan lemas/lesu sehingga tidak aktif bermain

- Munculnya benjolan di kelenjar daerah leher rahang bawah, ketiak dan selangkangan

Diagnosa pada orang dewasa biasanya dilakukan lewat pemeriksaan dahak. Namun, tidak pada anak-anak karena cenderung lebih sulit dilakukan. Sehingga, beberapa dokter mungkin akan mengarahkan pemeriksaan dengan tes mantoux dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Ilustrasi anak sesak, TBC. Foto: umarazak/Shutterstock
Ilustrasi anak sesak, TBC. Foto: umarazak/Shutterstock

Lantas, bagaimana cara mencegah TB pada anak?

Nah Moms, menerapkan pola hidup bersih dan sehat adalah rutinitas yang tidak boleh dilewatkan setiap harinya. Penting juga untuk menyeimbangkan kebutuhan gizi dan nutrisi anak.

Anda juga bisa mencari tahu apakah ada sumber penularan di sekitar rumah. Misalnya, adakah anggota keluarga yang tinggal serumah atau tetangga yang sedang mengalami TB, serta riwayat apakah berkontak erat dengan anak.

Perhatikan juga sirkulasi udara di rumah harus dalam kondisi baik, serta pencahayaan dari sinar matahari sebaiknya bisa masuk ke dalam rumah. Dan banyak penularan kasus TB terjadi di lingkungan yang kurang sehat, Moms.

Dan yang paling penting adalah bawalah si kecil ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin BCG pada usia 0-3 bulan. Vaksin BCG diberikan untuk melindungi bayi dari penyakit TB yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Comments

https://blog.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!