
Warga Taput Bergerak, Tuntut Penutupan TPL Sekarang Juga
Aliansi Gerakan Rakyat Tolak PT Toba Pulp Lestari
Ratusan warga yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Rakyat menggelar aksi demonstrasi di Kantor Bupati dan DPRD Tapanuli Utara, menuntut penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL). Ketua Aliansi, Anggiat Sinaga, menegaskan aksi ini sebagai bentuk dukungan penuh terhadap pimpinan gereja di Sumatera Utara untuk segera menutup operasional perusahaan tersebut.
"Kami hadir untuk menyuarakan aspirasi kepada legislatif dan eksekutif agar TPL ditutup tanpa penundaan," ujar Anggiat. Alasan utama tuntutan tersebut adalah terkait perampasan hutan yang merugikan masyarakat adat serta konflik horizontal yang timbul di lingkungan sekitar.
Aksi protes ini direncanakan akan diperluas ke seluruh Pemerintahan Kabupaten di sekitar kawasan Danau Toba, khususnya wilayah Tapanuli Raya yang merasakan dampak langsung kehadiran TPL.
Respons dari PT Toba Pulp Lestari
Corporate Communication Head Salomo Sitohang menyampaikan bahwa TPL telah beroperasi lebih dari 30 tahun dengan komitmen kuat membangun komunikasi terbuka dan kemitraan bersama masyarakat, pemerintah, serta berbagai pemangku kepentingan.
Salomo menolak tuduhan bahwa TPL menyebabkan bencana ekologi, menyatakan seluruh kegiatan operasional berjalan sesuai izin dan standar operasional prosedur yang ketat, termasuk pemantauan lingkungan oleh lembaga independen bersertifikat. Upaya peremajaan pabrik juga difokuskan pada efisiensi dan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.
Audit menyeluruh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022-2023 membuktikan bahwa TPL mematuhi semua regulasi tanpa pelanggaran lingkungan maupun sosial. Selain itu, program CSR perusahaan aktif di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian lingkungan, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat di sekitar wilayah operasional.
Pengelolaan Hutan dan Perekonomian Lokal
TPL menjalankan sistem tanam-panen berkelanjutan dalam konsesinya seluas 167.912 hektare, dengan sekitar 46.000 hektare area perkebunan eucalyptus dan 48.000 hektare sebagai kawasan konservasi yang dijaga ketat untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Perusahaan mempekerjakan lebih dari 9.000 tenaga kerja langsung dan tidak langsung, serta bekerja sama dengan ribuan kelompok tani hutan dan pelaku UMKM, yang secara keseluruhan memberikan dukungan ekonomi kepada sekitar 50.000 jiwa di komunitas lokal.
Membangun Dialog untuk Masa Depan Berkelanjutan
Salomo menegaskan TPL menghargai hak warga untuk menyampaikan pendapat, namun mengajak semua pihak berdasar pada data dan fakta akurat. Perusahaan membuka ruang dialog agar dapat terus bekerja sama menciptakan keberlanjutan yang bertanggung jawab di wilayah Tano Batak.
Tuntutan penutupan TPL dan tanggapan perusahaan membuka perdebatan penting bagi masa depan lingkungan dan sosial di kawasan Danau Toba, sebuah isu yang menuntut perhatian bersama demi harmoni dan kemakmuran wilayah tersebut.
Comments
0 comment