21
views
views
Sebanyak 75 perempuan dari berbagai pelosok Indonesia berkumpul untuk mengikuti pelatihan bertahan hidup di hutan Gunung Cakrabuana, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya. Dengan semangat petualang, mereka dilatih untuk menguasai keterampilan bertahan hidup di alam bebas, termasuk cara bertahan saat bekal makanan habis dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di hutan. Kegiatan yang dinamakan Women Jungle Survival Course (WJSC) 2024 ini didukung oleh ahli dan instruktur berpengalaman dari Eiger Adventure Service Team (EAST).
Djukardi Bongkeng Adriana, seorang pelatih sekaligus pendaki senior Wanadri, menjelaskan pentingnya kemampuan bertahan hidup terutama bagi para pendaki. "Saat ini, semakin banyak anak muda, termasuk perempuan, yang tertarik mendaki gunung. Namun, banyak di antara mereka yang kurang memahami aspek keselamatan dan pengetahuan alami, dan lebih fokus pada pembuatan konten media sosial. Ini bisa meningkatkan risiko seperti tersesat, merusak lingkungan, bahkan mengalami kecelakaan fatal," ungkap Abah Bongkeng, sapaan akrabnya.
Biasanya, mereka yang memiliki minat dalam pendakian bergabung dengan komunitas untuk mendapatkan pendidikan dasar. Namun, banyak yang enggan berpartisipasi dalam organisasi karena berbagai alasan. "Karena itu, bagi yang tidak ingin mengikuti program pendidikan dasar di komunitas, kegiatan ini menjadi alternatif yang menarik," tambahnya.
Sejak Jumat (6/12/2024) hingga Rabu (11/12/2024), 75 perempuan ini berfokus pada penguasaan keterampilan bertahan hidup. Lokasi Gunung Cakrabuana dipilih karena keanekaragaman hayati yang sangat kaya, memberikan kesempatan langka bagi peserta untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungan alami.
Djukardi Bongkeng Adriana, seorang pelatih sekaligus pendaki senior Wanadri, menjelaskan pentingnya kemampuan bertahan hidup terutama bagi para pendaki. "Saat ini, semakin banyak anak muda, termasuk perempuan, yang tertarik mendaki gunung. Namun, banyak di antara mereka yang kurang memahami aspek keselamatan dan pengetahuan alami, dan lebih fokus pada pembuatan konten media sosial. Ini bisa meningkatkan risiko seperti tersesat, merusak lingkungan, bahkan mengalami kecelakaan fatal," ungkap Abah Bongkeng, sapaan akrabnya.
Biasanya, mereka yang memiliki minat dalam pendakian bergabung dengan komunitas untuk mendapatkan pendidikan dasar. Namun, banyak yang enggan berpartisipasi dalam organisasi karena berbagai alasan. "Karena itu, bagi yang tidak ingin mengikuti program pendidikan dasar di komunitas, kegiatan ini menjadi alternatif yang menarik," tambahnya.
Sejak Jumat (6/12/2024) hingga Rabu (11/12/2024), 75 perempuan ini berfokus pada penguasaan keterampilan bertahan hidup. Lokasi Gunung Cakrabuana dipilih karena keanekaragaman hayati yang sangat kaya, memberikan kesempatan langka bagi peserta untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungan alami.
Comments
0 comment