18
views
views
Pengadilan China menjatuhkan hukuman 11 tahun penjara kepada Li Yuyi, mantan pejabat tinggi Asosiasi Sepak Bola China (CFA), karena terlibat dalam praktik suap. Kasus ini menjadi sorotan publik di tengah upaya keras otoritas Beijing untuk memberantas korupsi di dunia olahraga. Dalam sidang yang berlangsung di Jingzhou, Provinsi Hubei, pada 19 Agustus 2024, Li juga dikenakan denda sebesar US$ 140.000 (sekitar Rp 2,1 miliar) dan semua aset yang diperoleh melalui tindak korupsi akan disita untuk diserahkan kepada negara.
Li mengaku bersalah atas penyalahgunaan jabatannya di CFA, di mana ia mengumpulkan uang dan hadiah senilai lebih dari US$ 1,7 juta (sekitar Rp 26,4 miliar) antara 2004 hingga 2021. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden CFA dari 2015 hingga 2019, setelah sebelumnya memimpin administrasi olahraga di Shanghai.
Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, China telah melancarkan kampanye besar-besaran untuk menanggulangi korupsi di industri olahraga, terutama sepak bola. Xi, yang dikenal sebagai penggemar sepak bola, memiliki ambisi untuk menjadikan negaranya tuan rumah dan pemenang Piala Dunia. Namun, skandal korupsi yang berulang dan hasil buruk di lapangan telah menghalangi cita-cita tersebut.
Sebelumnya, mantan kepala CFA, Chen Xuyuan, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menerima suap lebih dari US$ 11 juta (sekitar Rp 171,3 miliar). Selain itu, mantan pelatih timnas China, Li Tie, juga mengaku bersalah atas suap lebih dari US$ 10,7 juta (sekitar Rp 166,7 miliar) dan terlibat dalam pengaturan pertandingan. Pada Mei lalu, laporan dari CCTV mengungkap bahwa Gou Zhongwen, mantan direktur Administrasi Umum Olahraga China, sedang diselidiki atas dugaan korupsi, sementara sekitar 10 pejabat tinggi CFA lainnya juga tengah dalam pemeriksaan.
Li mengaku bersalah atas penyalahgunaan jabatannya di CFA, di mana ia mengumpulkan uang dan hadiah senilai lebih dari US$ 1,7 juta (sekitar Rp 26,4 miliar) antara 2004 hingga 2021. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden CFA dari 2015 hingga 2019, setelah sebelumnya memimpin administrasi olahraga di Shanghai.
Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, China telah melancarkan kampanye besar-besaran untuk menanggulangi korupsi di industri olahraga, terutama sepak bola. Xi, yang dikenal sebagai penggemar sepak bola, memiliki ambisi untuk menjadikan negaranya tuan rumah dan pemenang Piala Dunia. Namun, skandal korupsi yang berulang dan hasil buruk di lapangan telah menghalangi cita-cita tersebut.
Sebelumnya, mantan kepala CFA, Chen Xuyuan, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menerima suap lebih dari US$ 11 juta (sekitar Rp 171,3 miliar). Selain itu, mantan pelatih timnas China, Li Tie, juga mengaku bersalah atas suap lebih dari US$ 10,7 juta (sekitar Rp 166,7 miliar) dan terlibat dalam pengaturan pertandingan. Pada Mei lalu, laporan dari CCTV mengungkap bahwa Gou Zhongwen, mantan direktur Administrasi Umum Olahraga China, sedang diselidiki atas dugaan korupsi, sementara sekitar 10 pejabat tinggi CFA lainnya juga tengah dalam pemeriksaan.
Comments
0 comment