Sorotan terhadap aktivitas tambang nikel di Raja Ampat yang dikelola oleh anak usaha PT Antam Tbk, PT Gag Nikel, memunculkan kekhawatiran akan dampak lingkungan. Direktur Utama Antam memberikan respons singkat terkait isu ini.

Aktivitas pertambangan nikel di Pulau Gag, bagian dari gugusan Raja Ampat, Papua Barat Daya, menjadi perhatian publik setelah laporan dari organisasi lingkungan mengenai potensi kerusakan ekosistem. Tambang tersebut dikelola oleh PT Gag Nikel, anak usaha dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Menanggapi sorotan ini, Direktur Utama Antam, Nicolas D Kanter, memberikan pernyataan singkat melalui pesan kepada media, menyatakan bahwa dirinya sedang berada di Eropa untuk urusan pekerjaan dan akan kembali pada hari Minggu. 

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengumumkan penghentian sementara aktivitas tambang nikel di Raja Ampat untuk menunggu hasil verifikasi dan peninjauan langsung di lapangan. 

PT Gag Nikel telah beroperasi sejak 2018 dengan izin operasi produksi yang diperoleh pada 2017. Perusahaan ini mengelola area seluas 13.136 hektare di Pulau Gag, yang terdiri dari wilayah darat dan laut. 

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) juga menemukan sejumlah pelanggaran serius dalam kegiatan pertambangan di wilayah tersebut dan mengancam akan mencabut izin jika terbukti melanggar aturan.

Raja Ampat dikenal sebagai kawasan konservasi perairan nasional dan memiliki status sebagai UNESCO Global Geopark. Kawasan ini juga merupakan destinasi pariwisata prioritas Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati laut.


You may also like

Comments

https://blog.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!