Ancaman Kegagalan Crystal Palace Tembus Liga Eropa, Apa Penyebabnya?

Ancaman Gigih bagi Crystal Palace di Liga Europa

Crystal Palace, yang mengukir sejarah dengan juara Piala FA usai menaklukkan Manchester City 1-0 di final, kini menghadapi risiko besar untuk tidak tampil di Liga Europa musim depan—kompetisi Eropa yang mereka raih pertama kali. Kesuksesan sejarah ini tiba-tiba terancam oleh peraturan kepemilikan klub yang ketat.

Bintang masalah terletak pada pemilik utama klub, John Textor, yang juga mengendalikan Olympique Lyon, klub Prancis yang sama-sama berhasil lolos ke Liga Europa. Sesuai aturan UEFA, satu individu tidak boleh mengendalikan atau memiliki pengaruh besar atas dua klub yang tampil di turnamen yang sama.

Palace harus membuktikan bahwa Textor tidak melakukan intervensi dalam pengambilan keputusan klub. Jika gagal, mereka akan dicoret dari Liga Europa dan harus turun ke Conference League—kompetisi kasta ketiga Eropa. Tiket di Liga Europa itu kemudian akan dialihkan ke Nottingham Forest, yang finish di posisi ketujuh Liga Inggris.

Tantangan tidak berhenti di situ. Jika Palace terpaksa bermain di Conference League, konflik kepemilikan potensial mungkin muncul lagi karena David Blitzer, salah satu pemilik Palace, juga memiliki saham di klub Denmark Brondby IF, salah satu peserta Conference League musim depan.

Dalam skenario terburuk, jika Palace tidak mendapatkan slot di kompetisi Eropa sama sekali, kuota mereka akan jatuh ke Brighton & Hove Albion, rival sekota yang menempati posisi kedelapan di Premier League. Ini akan menjadi pukulan telak bagi The Eagles, yang musim lalu menutup liga di posisi ke-12 dengan 53 poin.

Dengan segala risiko yang mengintai, perjuangan Crystal Palace untuk mengukir sejarah di panggung Eropa belum usai. Semua mata kini tertuju pada bagaimana klub akan menyiasati situasi kompleks ini.